About me
Ibuku telah memenuhi takdirnya. Dia meninggalkan segala cintanya di dunia begitu saja. Dia meninggalkan bapak yang telah menjadikan ibu sebagai nadi yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Ibu juga meninggalkanku saat aku sedang hidup dalam mimpi yang menjadi kenyataan. Aku tak ada di samping ibu untuk sekedar mengucapkan salam perpisahan. Aku tak ada di pelukan ibu saat dia pergi untuk selamanya. Seharusnya ibu melihatku menangis betapa aku tak kuasa merelakannya pergi.
“Rumah bukan lagi tempat pulang saat ibu tak ada di sana.” Tak butuh waktu lama rumah menjadi sangat sepi. Bukan hanya manusianya, tapi semua barang-barang kesayangan ibuku juga ikut hancur dan kesepian. Koleksi keramik, gelas, dan barang-barang antiknya entah pergi ke mana. Tak ada ruang untuk saling menguatkan kecuali beradu siapa yang paling kehilangan dan menderita, sampai akhirnya kami hidup hanya karena takdir belum terpenuhi. Waktu terus bergulir meski aku tak pernah menginginkannya lagi.
Puluhan tahun sebelum hari kepergian ibu, dia adalah seorang wanita sederhana yang memiliki harapan sangat besar. Aku dilahirkan saat kakak perempuanku mulai belajar bicara dan empat tahun sebelum si bungsu lahir. Dalam perjalanan kami tumbuh, bapak memberikan banyak pelajaran tentang hidup, sedangkan ibu memberikan cinta yang melimpah. Bahkan dia selalu memasak hatinya setiap hari untuk kami agar kami tumbuh dengan baik. Dan bahkan jika ada pilihan untuk dilahirkan kembali, aku tak akan memilih siapapun kecuali ibuku yang sederhana dan penuh cinta. Aku sangat bersyukur menjadi bagian dari sebuah keluarga ini meski tak cukup sempurna, karena memang tak pernah ada yang sempurna.
Aku mulai menulis saat duduk di bangku sekolah menengah. Aku menulis kisah anak lumba-lumba yang dilarang mengarungi samudera oleh induknya, karena dia tak ingin anaknya dalam bahaya. Kisah cinta anak-anak sekolah yang berakhir saling meninggalkan namun tak ada luka yang tersisa, dan kisah petualangan seorang remaja yang gagal dalam perantauannya. Hingga aku bisa merangkai sebuah kisah hidup dalam sebuah takdir buku yang aku ciptakan sendiri. Aku menciptakan dunia sendiri agar aku bisa menangis tanpa ada yang melihat air mataku berderai. Aku membuat tarian-tarian burung kenari agar semua orang bisa merasakan kebahagiaanku tanpa melihat bibirku tersenyum. Aku menulis banyak kisah dalam perjalanan hidup dan kisah manusia yang kutemui dalam perjalananku. Aku akan terus menulis hingga saat takdirku terpenuhi, kisah-kisah yang kutulis menjadi abadi.